Oleh Herbert W. Armstrong
Sekarang dari manakah kita mendapatkan kebiasaan memasang pohon Natal itu ? di antara para penganut agama Pagan kuno, pohon itu disebut “Mistleto” yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mujizat penyembuhan. Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu meruapakan awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati kematian “Matahari Tua” dan kelahiran “Matahari Baru” di musim panas.
Rangkaian bunga suci yang disebut Holly Berries juga dipersembahkan kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat dalam upacara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan kafir, sebagai tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati angkasa sebelah selatan.
Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut :
“The Holly, the Mistletoe, the Yule log … are relics of pre-Christian times.”
“Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule … yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen.”
Sedangkan buku Answers to Questions yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa :
“The use of Christmas wreaths is believed by authorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings dan places of worship at the feast whick took place at the same time as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.”
“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.” ***
Senin, 27 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar