Ada Lomba Blog, Lho !!

Senin, 28 Desember 2009

Asesor Akreditasi BAN-PNF Dikukuhkan

MENINGKATKAN kinerja Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF), Jumat lalu (30/10/2009) di Hotel Tountemboan Manado, digelar pengukuhan 22 asesor akreditasi BAN-PNF.

Hadir dalam pengukuhan ini, Ketua BAN-PNF Prof. Dewa Komang Tantra, M.Sc., Ph.D. Target BAN-PNF hingga akhir November harus diselesaikan. "Akhir November ini, 1800 lembaga PNF harus terakreditasi. Saya harapkan peran aktif dan kerja keras asesor untuk mensukseskan target ini," ujar Komang.

Drs. Lucky Tompodung, M.Pd. yang hadir mewakil Kadis Diknas Provinsi Sulut mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan tugas tidak boleh mencari-cari kesalahan di masa lalu, karena akan menghambat penyelesaian tugas. "Tataplah ke depan dan jalankan tugas dengan tulus dan sesempurna mungkin," tegas Tompodung.

Pengurus inti Forum Asesor Akreditasi Pendidikan Non Formal BAN-PNF Sulut diketuai oleh Dra. Sherly Sorongan, Ir. Iwan J. S. Ngadiman, M.Si. sebagai Sekretaris, Lidya Katili, SIK, M.Si. sebagai Bendahara, dan Anggota adalah Dra. Siti Rahmawati Alun, dan Eliyanor M. Paath, S.E.

Pada hari yang sama pun, digelar Pembekalan Asesor Akreditasi Pendidikan Non Formal. Selain itu, telah diserahkan juga sertifikat kepada 22 asesor dengan jabatan Asesor Muda.
(mg-02).

Tulisan ini dimuat di Harian Manado Post, Edisi Senin, 02 November 2009, Halaman 14 (KAWANUAPOLIS) Kolom 6. Foto oleh Iwan Ngadiman.

Senin, 21 Desember 2009

Vincent van Gogh; Si Jenius Yang Memotong Kupingnya

KITA pernah mengenal beberapa nama pelukis besar antara lain Rembrandt, Da Vinci, Picasso, dll. Tetapi sebenarnya masih ada satu lagi yang sering disebut-sebut sebagai : “pilar dari seni modern” atau “pelukis terbesar setelah Rembrandt”. Dia adalah Vincent van Gogh.

Dilahirkan pada bulan Maret 1853 di sebuah desa kecil di Belanda, ia mempunyai beberapa saudara, tetapi yang paling berarti baginya adalah Theo, adiknya. Tanpa dukungan dan pengertian yang begitu mendalam dari adiknya mungkin dunia tidak pernah mengenal bakat seni van Gogh.

Mengenai karya-karyanya, pernah ada sebuah tulisan dari seorang kritikus muda yang cemerlang: “… betapa indah karyanya, menunjukkan suatu kelebihan dalam kekuatan, kegelisahan dan kekerasan ekspresi … satu-satunya pelukis dengan kemampuan mengamati warna yang sedemikian mengagumkan … betul-betul seorang jenius.”

Ada suatu hal lagi sedemikian tragisnya adalah ketika ia memotong kupingnysa sendiri. Memang semasa hidupnya van Gogh dikenal sebagai orang yang sangat sulit, keras kepala bahkan kadang-kadang menakutkan. Ia memandang dunia dari sisi yang suram, sehingga ia hanya dapat menyatakan cintanya melalui karya-karyanya. Tidak dapat lagi mengatasi kesepian dan kesulitan-kesulitannya, pada suatu hari di tahun 1890 ia menembak dirinya dan meninggal dua hari kemudian. Dan orang yang paling terpukul adalah Theo, adiknya. Theo menulis kepada ibunya: “…. Ini adalah dukaku untuk sepanjang hidup …. Oh ibu, … ia adalah saudaraku, saudaraku yang kukasihi ….” Dan enam bulan kemudian Theo pun meninggal dunia. (anonymous).

Valentine Day, Hura-Hura Romantis

DEMAM Valentine Day biasanya menghangat setiap tanggal 14 Februari, dan diidentikan dengan Hari Kasih Sayang. Tidak heran, berbagai perayaan spesifik lantas dihadirkan di banyak tempat yang banyak dikunjungi remaja.

Jadilah Valentine Day, hari hura-hura romantis bagim segelintir angkatan muda. Meski tak jarang, dunia usaha memanfaatkannya sebagai satu momen untuk mereguk keuntungan finansil. Lihat saja apa yang dilakukan di banyak tempat hiburan, termasuk yang ada di daerah ini (Manado).

Sejarah mencatat bahwa The Duke of Orleans adalah orang pertama yang membuat Kartu Valentine. Ketika dipenjarakan di Tower of London tahun 1415 The Duke of Orleans menulis puisi-puisi cinta atau Valentines buat istrinya di Paris. Di belahan bumi bagian barat, 14 Februari merupakan hari istimewa bagi mereka yang dilanda asmara. Konon, perayaan Valentine berasal dari suatu festival penyembahan berhala Romawi Kuno yang disebut Lupercalia, yang dirayakan pada tanggal 15 Februari. Selama pesta itu para pemuda Romawi menaruh nama gadis-gadis dalam sebuah tempayan. Kemudian, seperti diundi, mereka menarik satu nama gadis dari tempayan itu dan gadis itulah yang menjadi pasangannya dalam festival tersebut.

Setelah Kerajaan Roma menjadi Kristen, kalangan gereja ingin memberikan sentuhan kristiani pada pesta itu. Hari perayaannya kemudian dimajukan sehari menjadi tanggal 14 Februari yang merupakan hari pengangkatan seorang martir Romawi menjadi santo pada tanggal 14 Februari 270, yang kemudian lebih dikenal dengan Hari Santo Valentin.

Sementara itu, ada kalangan lain menghubungkannya dengan Santo Valentin lainnya, yang menjadi Santo pelindung para kekasih, sesudah ia dibebaskan oleh Kaisar Glaudius. Pasalnya, secara diam-diam Santo itu mengawinkan pasangan-pasangan yang merupakan tindakan berlawanan dengan perintah kaisar.

Di pihak lain, para ahli bahasa menghubungkan Valentine Day dengan sebuah kata dalam bahasa Perancis, galantine, artinya pacar atau kekasih. Ada lagi pendapat lain yang menyebutkan 14 Februari sengaja dipilih karena saat itu burung-burung mulai mencari pasangannya.

Menurut The New Book of Knowledge terbitan Grolier, sekitar 600 tahun budaya pengiriman Valentin telah dikenal dan amat popular di Inggris dan Perancis. Di Inggris—dibawa para penakluk bangsa Roma, tradisi itu ternyata dimodifikasi dengan kepercayaan tahyul, diantaranya bahwa, orang pertama yang anda temui pada hari Valentin, kelak akan menjadi valentine-mu (kekasih, red). Belakangan merembet lagi ke Amerika— seperti dibuktikan dalam catatan harian seorang gadis di tahun 1754, hingga ke Kanada.

Di Indonesia, Valentin dikenal sebagai Hari Kasih Sayang yang identik dengan Hari Pacar. Bagi mereka yang lagi pacaran memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kasihnya kepada sang pacar. Sedangkan bagi yang belum memiliki, inilah arena perburuan yang tidak boleh disia-siakan.

Dengan simbol sepasang hati dengan warna khas merah jambu seakan memancarkan ketulusan hakikat kasih sayang. Tegasnya, dibalik trend itu, ada makna mendalam untuk dihayati. Kalau saja, dinamika kehidupan selalu diisi dengan kasih, bukan tak mungkin kedamaian akan tercipta di mana-mana.

Karena kasih yang ikhlas, merupakan ekspresi kejujuran hati nurani, dan akan berbuat demi kebaikan bersaman. Bukankah, bila itu yang ter-refleksi, tak akan ditemui penyimpangan tugas dan wewenang? Mungkin pula, akan jarang ditemui konflik yang melatarbelakangi berbagai “kenakalan” remaja dan orangtua. Ternyata, kalau mau direnungkan, Valentine Day juga memiliki makna luhur bagi kita. Kalau mau. (Iwan Ngadiman; dari berbagai sumber)

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Telegraf dan Buletin BPKB Sulut Edisi nomor 2, Februari 2002.