Ada Lomba Blog, Lho !!

Senin, 21 Desember 2009

Valentine Day, Hura-Hura Romantis

DEMAM Valentine Day biasanya menghangat setiap tanggal 14 Februari, dan diidentikan dengan Hari Kasih Sayang. Tidak heran, berbagai perayaan spesifik lantas dihadirkan di banyak tempat yang banyak dikunjungi remaja.

Jadilah Valentine Day, hari hura-hura romantis bagim segelintir angkatan muda. Meski tak jarang, dunia usaha memanfaatkannya sebagai satu momen untuk mereguk keuntungan finansil. Lihat saja apa yang dilakukan di banyak tempat hiburan, termasuk yang ada di daerah ini (Manado).

Sejarah mencatat bahwa The Duke of Orleans adalah orang pertama yang membuat Kartu Valentine. Ketika dipenjarakan di Tower of London tahun 1415 The Duke of Orleans menulis puisi-puisi cinta atau Valentines buat istrinya di Paris. Di belahan bumi bagian barat, 14 Februari merupakan hari istimewa bagi mereka yang dilanda asmara. Konon, perayaan Valentine berasal dari suatu festival penyembahan berhala Romawi Kuno yang disebut Lupercalia, yang dirayakan pada tanggal 15 Februari. Selama pesta itu para pemuda Romawi menaruh nama gadis-gadis dalam sebuah tempayan. Kemudian, seperti diundi, mereka menarik satu nama gadis dari tempayan itu dan gadis itulah yang menjadi pasangannya dalam festival tersebut.

Setelah Kerajaan Roma menjadi Kristen, kalangan gereja ingin memberikan sentuhan kristiani pada pesta itu. Hari perayaannya kemudian dimajukan sehari menjadi tanggal 14 Februari yang merupakan hari pengangkatan seorang martir Romawi menjadi santo pada tanggal 14 Februari 270, yang kemudian lebih dikenal dengan Hari Santo Valentin.

Sementara itu, ada kalangan lain menghubungkannya dengan Santo Valentin lainnya, yang menjadi Santo pelindung para kekasih, sesudah ia dibebaskan oleh Kaisar Glaudius. Pasalnya, secara diam-diam Santo itu mengawinkan pasangan-pasangan yang merupakan tindakan berlawanan dengan perintah kaisar.

Di pihak lain, para ahli bahasa menghubungkan Valentine Day dengan sebuah kata dalam bahasa Perancis, galantine, artinya pacar atau kekasih. Ada lagi pendapat lain yang menyebutkan 14 Februari sengaja dipilih karena saat itu burung-burung mulai mencari pasangannya.

Menurut The New Book of Knowledge terbitan Grolier, sekitar 600 tahun budaya pengiriman Valentin telah dikenal dan amat popular di Inggris dan Perancis. Di Inggris—dibawa para penakluk bangsa Roma, tradisi itu ternyata dimodifikasi dengan kepercayaan tahyul, diantaranya bahwa, orang pertama yang anda temui pada hari Valentin, kelak akan menjadi valentine-mu (kekasih, red). Belakangan merembet lagi ke Amerika— seperti dibuktikan dalam catatan harian seorang gadis di tahun 1754, hingga ke Kanada.

Di Indonesia, Valentin dikenal sebagai Hari Kasih Sayang yang identik dengan Hari Pacar. Bagi mereka yang lagi pacaran memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kasihnya kepada sang pacar. Sedangkan bagi yang belum memiliki, inilah arena perburuan yang tidak boleh disia-siakan.

Dengan simbol sepasang hati dengan warna khas merah jambu seakan memancarkan ketulusan hakikat kasih sayang. Tegasnya, dibalik trend itu, ada makna mendalam untuk dihayati. Kalau saja, dinamika kehidupan selalu diisi dengan kasih, bukan tak mungkin kedamaian akan tercipta di mana-mana.

Karena kasih yang ikhlas, merupakan ekspresi kejujuran hati nurani, dan akan berbuat demi kebaikan bersaman. Bukankah, bila itu yang ter-refleksi, tak akan ditemui penyimpangan tugas dan wewenang? Mungkin pula, akan jarang ditemui konflik yang melatarbelakangi berbagai “kenakalan” remaja dan orangtua. Ternyata, kalau mau direnungkan, Valentine Day juga memiliki makna luhur bagi kita. Kalau mau. (Iwan Ngadiman; dari berbagai sumber)

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Telegraf dan Buletin BPKB Sulut Edisi nomor 2, Februari 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar